Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al - Habsyi
Nasab Habib Ali bin Muhammad bin Husien Al Habsyi
Habib
Ali bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin
Muhammad bin Husein bin Ahmad Shohibusy Syi’ib bin Muhammad Ashgor bin
Alwi bin Abu Bakar Al Habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadullah
bin Hasan At-Turabiy bin Ali bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam
muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat
bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina
Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib
Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina
Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina
Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin
Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad
Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam
As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum
Ajma’in.
Beliau lahir di desa Qosam pada
hari jum’at, 24 syawal 1259 H / 1839 M; dan diberi nama Ali oleh
Al-Allamah Sayyid Abdullah bin Husein bin Tohir untuk mengambil berkah
dari Sayyidina Ali Kholi’ Qosam. Ibunda beliau, Sayyidah Alawiyah binti
Husein bin Ahmad Al Hadi Al Jufri (lahir tahun 1240 H), berasal dari
kota Syibam, adalah seorang yang sangat gemar mengajar dan berdakwah,
yang memiliki banyak karomah.
Ayahanda beliau, Habib Muhammad
bin Husein Al Habsyi ( lahir, 18 jumadil akhir 1213 H) seorang ahli
dakwah, memiliki karomah dan seringkali mengkasyf isi hati Habib Ali.
Habib Muhammad berguru kepada Habib Tohir bin Husein bin Tohir, Habib
Abdullah bin Husein bin Tohir, Habib Ahmad bin Umar bin Smith, Habib
Hasan bin Saleh Al Bahr Al Jufri, Habib Abdullah bin Ali bin
Syihabuddin, Syeikh Mufti Makkah Muhammad Saleh Rayyis, Syeikh Umar bin
Abdurrasul Al-Atthar, Sayyid Al-Imam Al-Badi Abdurrahman bin Sulaiman
Al-Ahdal dan Syeikh Al-Waliy Manshur bin Yusuf Al Budairi.
Nasehat Habib Muhammad Al Habsyi :
“Camkanlah, jangan sampai kalian
tidak mempelajari ilmu bahasa, Nahwu dan shorof. Karena ilmu bahasa
merupakan dasar dan perantara kalian untuk memahami semua ilmu.”
Hijrah ke Seiyun dan Mekah.
Ketika Habib Ali berusia 7
tahun, ayahandanya hijrah ke Mekah bersama tiga anaknya yang telah
dewasa; Abdullah, Ahmad dan Husein. Suatu hijrah yang abadi ke Mekah,
demi mematuhi keinginan Syeikh Fath beliau, Al-Allamah Sayyid Abdullah
bib Husein bin Tohir.
Ketika
Habib Ali berumur 11 tahun, beliau bersama ibundanya pindah ke Seiwun,
supaya beliau dapat memperdalam ilmu Fiqih dan ilmu-ilmu lainnya, sesuai
perintah Sayyid Umar bi Hasan bin Abdullah Al Haddad.
Dalam perjalanan ke Seiwun;
beliau melewati Masileh dan singgah di rumah Al-Allamah Sayyid Abdullah
bin Husein bin Tohir. Beliau menggunakan kesempatan itu, untuk menelaah
kitab, mengambil ijazah dan ilbas. Di antara hafalan beliau adalah kitab
Al-Irsyad, Alfiyah Ibnu Malik dan lainnya.
Pada usia 17 tahun, beliau diminta ayahandanya pergi ke Mekah dan tinggal bersama ayahnya selama 2 tahun yang penuh berkah. Setelah itu, beliau kembali ke Seiwun sebagai seorang Alim dan ahli dalam pendidikan. Beliau kembali atas perintah ayahandanya untuk menikahkan adik beliau, Aminah, dengan Sayyid Alwi bin Ahmad Assegaf, salah seorang murid ayahanya.
Kegiatan Habib Ali di Seiwun
Setelah
merayakan pernikahan adiknya, Habib Ali lalu tinggal di Seiwun untuk
belajar dan mengajar. Banyak pendduduk Seiwun menuntut ilmu kepadanya.
Beliau juga sering pergi ke Tarim untuk menuntut ilmu dari orang-orang
alim disana. Beliau berguru kepada :
1. Sayyid Abdullah bin Husein bin Muhammad.
2. Syeikh Muhammad bin Ibrahim.
3. Al-Allamah Umar bin Hasan Al-Haddad.
4. Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur.
5. Habib Ali bin Idrus bin Syihabuddin.
6. Imam Umar bin Abdurrahman bin Syahab.
7. Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhar ( Imam Para Sadah yang mulia ).
8. Habib Ahmad bin Abdullah bin Idrus Al-Bar.
9. Imam Idrus bin Umar bin Idrus Al-Habsyi.
10. Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas ( Syeikh beliau ).
Hubungan Habib Ali dengan Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Atthas.
Ketika Habib Ali bertemu pertama
kali dengan Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas, terlihat tubuhnya
diliputi cahaya, “Lelaki ini malaikat atau manusia” kata Habib Ali dalam
hati.. Suatu hari beliau tidak bisa lagi membendung rasa rindunya
kepada gurunya, Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas; kemudian beliau
pergi ke Ghurfah. Saat itu Habib Abu Bakar sedang bertamu di rumah salah
seorang kenalannya.
“Tambahlah hidangan siang untuk
Ali bin Muhammad Al Habsyi. Sebentar lagi ia datang kemari. Ia tidak
mampu berpisah terlalu dariku.”
Kata Habib Abu Bakar kepada tuan
rumah. Sesampainya Habib Ali di rumah itu, si tuan rumah memberitahu
bahwa Habib Abu Bakar telah mengkasyaf kedatangannya.
Makam Habib Abubakar bin
Abdullah bin Thalib Al-Atthas. Beliau adalah guru utama Habib Ali bin
Muhammad Al-Habsyi, Muallif Simtud Duror. Beliau juga merupakan mertua
dari Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas. Beliau sangat mastur hingga
keluarganya sendiri tidak mengetahui kebesarannya.
Habib Ali berkata :
“Ucapan kaum Sholihin cukup
sebagai pengganti makanan selama sebulan. Jika mendengar Habib Abu Bakar
berceramah, rasanya aku tidak tidak membutuhkan makanan lagi.
Seandainya beliau menyampaikan ilmunya selama sebulan, maka aku akan
menjadikan ucapannya sebagai santapanku. Bukankah tujuan memberi kakan
jasad adalah ruh, padahal ucapan beliau ini adalah santapan ruh
langsung.”
“Alangkah baiknya membicarakan ilmu dengan seorang yang ahli dan mampu menerangkannya dengann baik. Habib Abu Bakar jika menerangkan suatu ilmu kepada kami, dari kedua bibirnya meluncur ilmu-ilmu yang segera melekat di hati kami; seperti air dingin bagi orang yang sedang kehausan. Jika duduk bersama beliau, aku selaliuberharap agar majelis itu tidak akan berakhir, walau selama sebulan. Saat itu, rasanya aku tidak menginginkan lagi kenikmatan duniawi, aku tidak merasa lapar atau haus.
Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Atthas pernah berkata kepada Habib Ali :
• ”Tidak mencintaiku kecuali
orang yang berbahagia (sai’id). Tidak mencintaiku kecuali seorang yang
saleh.”Aku, para sahabatku dan orang-orang yang mencintaiku kelak di
hari kiamat berada dalam naungan Arsy.”
• “Wahai anakku, ketahilah, aku
mengetahui semua wali yang ada di timur dan di barat. Aku belajar kepada
mereka semua. Kadang kala aku memberitahu seseorang bahwa dia adalah
seorang wali karena dia sendiri tidak menyadarinya,”
• “Ya, Ali. Sesungguhnya aku telah memeliharamu sejak kau berada dalam sulbi ayahmu.”
• “Wahai anakku. Ketahuilah aku
mewarisi semua hal keluargaku, dan aku melebihi mereka dengan
pemahamanku tentang kitabulloh yang tudak dimiliki oleh satupun dari
keluargaku.”
• “Aku berniat mensyarahkan
kitab Ihya ‘Ulumuddin. Dan aku akan memulainya dari bab
keajaiban-keajaiban hati, sebab Syeikh Ghazali tidak membahas semuanya,
beliau hanya menjelaskan secara garis besar. Namun kemudian, aku ingat
bahwa tidak ada seorang salaf pun yang melakukannya.”
Wafatnya Ayahanda beliau.
Habib Muhammad sesungguhnya
sedih melihat Habib Ali lebih senang tinggal di Hadramaut. Ketika Habib
Abu Bakar bin Abdullah Al Attas berada di Mekah; Habib Muhammad
mengadukan hal ini. Habib Abu Bakar kemudian memberinya kabar gembira
bahwa kelak di Hadramaut, Habib Ali akan memperoleh Ahwal yang besar dan
manfaat yang banyak. Baru setelah itu, tenanglah hati Habib Muhammad,
dan Allah pun mewujudkan apa yang diucapkan Habib Abu Bakar Al Attas.
Ketika Habib Ali berusia 22 tahun, ayahandanya, Habib Muhammad meninggal
dunia di Mekah. Habib Muhammad memegang jabatan Mufti Syafiiyah Di
Mekah; setelah wafatnya Syeikh Al-Allamah Ahmad Dimyati tahun 1270 H.
jabatan ini dipegangnya hingga beliau wafat
Pada hari rabu 21 Dzulhijah 1281 H. beliau dimakamkan di Ma’laa di Huthoh saadah Aal Baa Alawiy. Sedangkan ibunda Habib Ali, Hababah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al Hadi Al Jufri wafat pada tanggal 6 Rabiuts tsani 1309 H
Putra –putri Habib Ali
Dari perkawinannya dengan wanita Qosam, satu anak, Abdullah.
Dari perkawinannya dengan Hababah Fathimah binti Muhammad bin Segaf Maulakhela, 4 anak ( Muhammad, Ahmad, Alwi dan Khodijah ).
Ribath Habib Ali
Ketika berusia 37 tahun, beliau
membangun Ribath ( pondok pesantren ) yang pertama di Hadramaut, di kota
Seiwun untuk para penuntut ilmu dari dalam dan luar kota. Ribath
menyerupai mesjid dan terletak di sebelah timur halaman masjid Abdul
Malik. Biaya orang-orang yang tinggal di Ribath beliau tanggung sendiri.
Habib Ali berkata :
”Ribath ini kudirikan dengan
niat-niat yang baik, dan Ribath ini menyimpan rahasia (sir) yang besar.
Ribath ini mrnyadarkan mereka yang lalai dan membangunkan mereka yang
tertidur. Berapa banyak faqih yang telah dihasilkannya, berapa banyak
orang alim yang telah diluluskannya. Ribath ini merubah orang yang tidak
mengerti apa-apa menjadi orang yang alim.
Pembangunan Masjid Riyadh
Ketika berusia 44 tahun, beliau membangun Masjid Riyadh, pada tahun 1303 H.
Pada bulan syawal 1305 H, Habib Ali menggubah sebuah syair tentang Masjid Riyadh :
“Inilah Riyadh, ini pula sungai-sungainya yang mengalir
Yang memakmurkan mereguk segar airnya
Yang bermukim tercapai tujuannya
Yang berkunjung terkabul keinginannya
Masjid ini dibangun di atas tujuan yang shahih
Maka tampaklah hasilnya”
Habib Ali berkata :
“Dalam Masjid Riyadh terdapat cahaya rahasia dan keberkahan Nabi Muhammad SAW”
Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi berkata :
“Berkata penggubah syair, lembah kebaikan telah penuh
Siapa ingin hajatnya terkabul beri’tikaflah di sekitar Riyadh”
Simtud Duror
Ketika Habib Ali berusia 68
tahun, beliau menulis kitab Maulid Simtud Duror ; pada hari kamis 26
safar 1327 H, beliau mendiktekan paragraph awal kitab mauled tersebut.
Pada hari kamis 10 Rabiul Awal 1327 H, beliau menyempurnakannya dan pada
malam sabtu 12 Rabiul Awal 1327 H, beliau membaca Simtud Duror di rumah
muridnya, Sayyid Umar bin Hamid As segaf.
Maulid
Simtud Duror yang agung ini, mulai tersebar luas di Seiwun, juga di
seluruh Hadramaut, Haramain, Indonesia, Afrika, Dhofar dan Yaman.
Habib Ali berkata :
• ”Tanggal 27 sya’ban 1327 H,
Sayyid Hamid bin Alwi Al Bar akan pergi ke Madinah Al Munawwaroh membawa
satu naskah maulid Simtud Duror yang akan dibacanya di hadapan Nabi
SAW. Dan Nabi SAW akan merasa sangat senang.”
• “Maulidku ini tersebar di
tengah-tengah masyarakat, akan mengumpulkan mereka kepada Allah SWT dan
akan membuat mereka dicintai Nabi SAW.”
• Jika seseorang menjadikan
kitab maulidku ini sebagai salah satu wiridnya atau menghafalnya, maka
rahasia (sir) Nabi SAW akan tampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya
dan mendiktekannya, namun setiap kali kitab itu dibacakan kepadaku,
dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan Nabi SAW. Pujianku
kepada Nabi SAW dapat diterima oleh masyarakat. Ini karena besarnya
cintaku kepada Nabi SAW. Bahkan dalam surat-suratku, ketika aku
menyifatkan Nabi SAW, Allah SWT membukakan padaku susunan bahasa yang
tidak ada sebelumnya. Ini adalah ilham yang diberikan Allah kepadaku.
Wafatnya Habib Ali
Pada tahun-tahun terakhir
kehidupannya, penglihatan Habib semakin kabur. Dan dua tahun sebelum
wafatnya, beliau kehilangan penglihatannya. Menjelang wafatnya, tanda
yang pertama kali tampak adalah Isthilam; yang berlangsung selama 70
hari, hingga kesehatan beliau semakin buruk. Akhirnya, pada waktu
dzuhur, hari minggu, 20 Rabiuts tsani 1333 H / 1913 M, beliau wafat.
Jenazah beliau dimakamkan disebelah barat Masjid Riyadh.
Makam Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi.
Habib Ahmad bin Hasan Al Attas berkata :
”Apakah Ali banyak melakukan
shalat sunah? Apakah dia tidak tidur di malam hari? Apakah dia
mengerjakan sekian ribu dzikir secara tetap? Tidak! Namun beliau sangat
mencintai Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka
menarik Habib Ali, sehingga tanpa disadarinya, ia telah bersama mereka
dan mereka berkata kepadanya, “berbicaralah dengan lisan kami”.
Kholifah Habib Ali
dalam wasiatnya, habib Ali menunjuk Habib Muhammad sebagai kholifahnya. Mengenai Habib Muhammad ini, Habib Ali berkata :
“Kalian jangan mengkhawatirkan
anakku Muhammad. Pada dirinya terletak khilafah dzohir dan batin. Semoga
Allah SWT menjadikan dia dan saudara-saudaranya penyejuk hati, semoga
mereka dapat memakmurkan Ribath dan Masjid Riyadh dengan ilmu dan amal,
semoga Allah menjadikan mereka sebagai teladan dalam setiap kebajikan,
dan semoga Allah SWT memberi mereka keturunan yang saleh, serta menjaga
mereka dari berbagai fitnah zaman dan teman-teman yang buruk.”
Habib Alwi bin Ali Al Habsyi
membangun Masjid Riyadh di Solo tahun 1255 H. Beliau menyelenggarakan
kegiatan ibadah dan taklim yang biasa diamalkan oleh ayahnya. Mengenai
Habib Alwi ini, ayahnya ( Habib Ali ) pernah berkata dalam salah satu
syairnya :
Ya Tuhan, dengan kebesaran Al Musthofa berilah Alwi Fath,
Dan berilah ia madad dari segala penjuru
Begitu pula semua saudara dan semua yang bersamanya
Dan penuhilah kedua tangannya dengan karunia-karunia-Mu
Dan jadikanlah dalam ilmu ia sebagai rujukan ahli zamannya
Murid-murid Habib Ali
1. Anak-anak beliau ( Habib Abdullah, Habib Muhammad, Habib Ahmad dan Habib Alwi )
2. Adik beliau ( Habib Syeikh bin Muhammad Al Habsyi ) dan kemenakan beliau ( Sayyid Ahmad bin Syekh Al Habsyi )
3. Sayyid Jakfar dan Abdul Qadir bin Abdurrahman bin Ali bin Umar bin Segaf Assegaf.
4. Sayyid Muhammad bin Hadi bin Hasan Assegaf.
5. Sayyid Muhsin bin Abdullah bin Muhsin Assegaf
6. Sayyid Salim bin Shofi bin Syeikh Assegaf
7. Sayyid Ali binAbdul Qadir bin Salim bin Alwi Al Aydrus
8. Sayyid Abdullah bin Alwi bin Zen Al Habsyi
9. Sayyid Muhammad bin Salim bin Alwi As Siri
10. Sayyid Alwi bin Abdurrahman bin Abu Bakar Al Masyhur
11. Sayyid Hasan bin Muhammad bin Ibrahim Bilfaqih
12. Sayyid Ali binAbdurrahman bin Muhammad Al Masyhur
13. Sayyid Umar dan Sayyid Abdullah bin Idrus bin Alwi Al Aydrus
14. Sayyid Abdullah bin Ali bin Syihabuddin
15. Sayyid Abdullah bin Umar Asy Syathri
16. Syeikh Ahmad bin Abdullah bin Abu Bakar Al Khotib
17. Sayyid Muhammad bin Idrus bin Umar Al Habsyi
18. Sayyid Umar bin Abdullah bin Muhammad Al Habsyi
19. Sayyid Umar bin Abdurrahman Al Aydrus Shohib Hazm
20. Sayyid Abdullah bin Alwi bin Hasan Al Attas
21. Sayyid Muhammad bin Salim bin Abu Bakar bin Abdullah Al Atthas
22. Sayyid Umar bin Ahmad bin Abdullah bin Idrus Al Bar
23. Sayyid Hamid bin Alwi bin Abdullah Al Bar
24. Sayyid Muhammad dan Sayyid Musthofa bin Ahmad bin Muhammad bin Alwi Al Muhdhor
25. Sayyid Muhammad dan Sayyid Umar bin Tohir bin Umar Al Haddad
Murid-murid beliau yang mencapai derajat Alim dalam ilmu Fiqih dan lainnya, selain yang menetap di Ribath antara lain :
1. Sayyid Toha bin Abdul Qadir bin Umar Assegaf
2. Sayyid Umar bin Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf
3. Syeikh Hasan, Ahmad dan Muhammad Baraja.
Orang-orang yang bersama beliau sepanjang hidup beliau dan seperti murid beliau adalah :
1. Sayyid Abdillah bin Ahmad bin Toha binAlwi Assegaf
2. Sayyid Alwi bin Ahmad bin Alwi bin Segaf Assegaf
3. Syeikh Ahmad bin Ali Makarim
4. Syeikh Ahmad bin Umar Hassan
5. Syeikh Muhammad bin Abdullah bin Zein bin Hadi bin Ahmad Basalamah
6. Syeikh Ubaid bin Awudh Ba Fali
Wasiat dan Nasihat Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi
• Wahai saudaraku, berprasangka
baiklah kepada Allah swt, wujudkanlah kebenaran janji-Nya, dan
rasakanlah kebesaran rahmat-Nya. Cukuplah bagi kita firman Allah swt,
seperti disabdakan Rasulullah saw, “Aku bersama prasangka hamba-Ku
terhadap-Ku, maka berprasangkalah kepada-Ku sesukamu.”
• Jika seorang hamba memedulikan
penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan
tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah
ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.”
• Jika tak ada ketamakan, dan
tak ada satu mahluk pun keluar dari lingkaran jejak nabi saw, tidak akan
ada manusia mengejar dunia yang fana ini atau berpaling dari
kebahagiaan akhirat yang kekal.”
• Tak ada derajat yang lebih
tinggi daripada prasangka baik. Karena di dalam prasangka baik terdapat
keselamatan dan keberuntungan. Didalam keluasan rahmat Allah swt
sirnalah amalmu seperti amal setiap mahluk. Di dalam rahasia Allah swt
swt, yang dititipkan pada mahluk-Nya, terdapat sesuatu yang mengharuskan
untuk berkeyakinan bahwa semua mahluk adalah Aulia.
• Keteguhan yang sempurna
berbeda-beda. Keteguhan dalam perkataan berbeda dengan keteguhan dalam
perbuatan. Keteguhan perbuatan berbeda dengan keteguhan dalam beramal.
Keteguhan dalam beramal berbeda dengan keteguhan dalam mencari.
Keteguhan dalam mencari berbeda dengan keteguhan dalam apa yang dicari.
Sedangkan hakikatnya, secara utuh dan merupakan kedudukan yang terakhir,
adalah tidak memalingkan pandangan dari Allah swt sekedip mata pun,
bahkan yang lebih cepat dari itu.
• Janganlah kau putuskan
kehadiranmu di tempat-tempat yang baik karena alas an kesibukan dunia.
Hati-hatilah, karena itu merupakan tipu daya setan. Hadirkanlah Allah
swt ketika sendirian. Sembahlah Dia, seakan melihatnya; dan jika tidak
melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu.
• Tutuplah mata dari perhiasan
dunia dan segala kenikmatan fana yang dimiliki budak-budaknya serta
kenikmatan yang akan terputus. Sesungguhnya semuanya seperti kau
saksikan bahwa dunia ini cepat berpindah dan dekat kefanaannya.
• Jadikanlah Al-Qur’an dan zikir
kepada Allah swt bacaan sehari-harimu. Bertafakurlah terhadap nikmat
Allah swt. Jika mungkin, setiap waktu hanya ada antara dirimu dan Allah
swt, dan pada saat itu telitilah diri sendiri. Rasulullah saw bersabda,
“Telitilah dirimu, sebelum kalian diteliti.” Seseorang yang meneliti
dirinya di dunia, perhitungan baginya akan lebih ringan di akherat
kelak.
• Orang yang lalai mengira bahwa
dirinya mencapai kelezatan dunia tanpa mengetahui bahwa sebenarnya
kemanisan dunia bercampur dengan kepahitannya. Sedangkan kehidupan indah
yang sebenarnya adalah berpaling dari dunia, kemudian masuk ke hadirat
yang Maha Kaya dengan sifat faqir, miskin, lalu memetik sesuatu yang
indah dari tempat itu.
• Kerjakanlah segala perintah
Allah swt dan tinggalkanlah larangan-Nya. Jangan sampai Allah swt
melihatmu melakukan apa yang dilarang-Nya, atau kehilangan-Mu pada
perintahnya. Bangkitlah untuk memenuhi hak Allah swt. Bersemangatlah
melakukan sesuatu yang membuat para salaf Mulia.
• Cabutlah ketajaman dari sarung
pedang tabiatmu yang membelah akar cinta dari asalnya. Taburilah tanah
dengan benih pohon-pohon kezuhudan, hingga menghasilkan qurb ( kedekatan
) kepada Allah swt, air telaga dari celah wishal ( persatuan dengan
Allah swt ), dan pengetahuan pada puncak tujuan.
• Yang selalu memperlambat
terkabulnya doa’ seorang hamba adalah karena harapan yang rendah :
mengharapkan sesuatu dari mahluk. Angkatlah pandanganmu secara
keseluruhan kepada zat yang dibutuhkan semua mahluk….maka akan tampak
tanda-tanda terkabulnya doa’.
(Al-Kisah No.15/tahun III/18-31
juli 2005, al-Kisah No.11 / Tahun IV/ 22 Mei- 4 Juni 2006 dan Manaqib
Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi; oleh Novel Muhammad Al-Aydrus)
0 komentar:
Posting Komentar